Pada suatu ketika ada seorang bapak yang sifatnya pemarah. Hampir setiap Pulang kerja bapak itu selalu pulang dengan muka yang sangat kusut, dan ketika ditanyai oleh isterinya dengan baik baik bapak itu selalu menjawab dengan amarah dan kata kata yang menyayat hati isterinya.
Sang Isteri ini berusaha untuk membuat suaminya menghilangkan kebiasaannya yang selalu memarahi orang. Setelah beberapa kali mencoba sang isteri ini pun memberi suaminya paku dan sebuah palu, kemudian dia menyuruhnya untuk memakukan sebuah paku itu di sebuah dinding di rumah mereka jika bapak itu sedang marah.
Pada hari pertama bapak itu memaku sebuah paku pertamanya di dinding. Waktupun berlalu, dan pada suatu ketika bapak itu pun mau memaku sebuah paku tapi tidak bisa, karena dinding itu sudah penuh. Sekali lagi dia memarahi Isterinya karena masalah itu. Dengan sabar sang isteri itu pun berkata; Pa, coba liat dindingnya sudah penuh dengan paku – paku yang kau tancapkan sendiri. Sekarang coba cabut semua paku itu. Kemudia bapak itu pun mencabut seluruh paku – paku yang sudah ada di dinding itu. Sang isteri itupun berkata sambil mengeluarkan air mata; Sekarang coba lihat dinding itu!, Dinding itu sudah berlubang sama seperti hatiku yang ketika kau marah selalu tertancapkan paku. Ketika kamu mau berusaha mencabut paku itu tetap engkau sudah terlambat karena hatiku ini sudah sama seperti dinding itu. Berapa kalipun engkau mau meminta maaf, aku bisa memaafkanmu tapi tetap didalam hati ini masih tersimpan bekas yang sulit untuk dihilangkan.
Kemudian bapak itupun tertekuk lutut sambil merenungkan kesalahanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar